TERBANG DI ANGKASA ANDALUSIA

Rekam jejak ilmu penerbangan di era peradaban Islam menunjukkan bukti penguasaan teknologi yang tinggi di zamannya.  Bisa jadi kaum muslimin saat ini menduga ilmu penerbangan yang dulu ada lebih kepada suasana ‘mistis’.  Mungkin karena terpengaruh film Aladin. 

Padahal, sejarah menorehkan nama Abbas ibnu Firnas, bernama lengkap Abbas Abu al Qasim bin Firnas bin Wirdas al Takurini, yang pada abad ke 8 telah berhasil terbang di angkasa Andalusia. 

Dalam sebuah versi, Abbas ibnu Firnas terinspirasi untuk menemukan cara terbang dari Armen Firman pada tahun 852 M yang melompat dari sebuah menara masjid di Cordova dengan menggunakan alat yang terbuat dari bingkai kayu dan sutera.  Alat ini berhasil mengurangi kecepatan jatuh Armen Firman dan berhasil mendarat hanya dengan luka ringan. 

Pada tahun 875 M, Abbas ibnu Firnas berhasil menyelesaikan alat terbangnya dan ketika diujicoba di Jabal al Arus Cordova berhasil mengangkasa di langit Andalusia selama lebih dari 10 menit

Lanjutkan membaca “TERBANG DI ANGKASA ANDALUSIA”

TEKNOLOGI PENJAGA PRODUKTIVITAS PERTANIAN

Dalam Islam, pertanian  mendapat perhatian yang sangat serius.  Mengingat dari sektor pertanian inilah bisa dihasilkan bahan-bahan pangan dan sandang yang menjadi peran negara dalam penyediaannya.  Dengan pertanian yang mandiri dan kuat, bahan pangan dan sandang tersebut bisa terjamin ketersediaannya sehingga menghindarkan masyarakat dari potensi kelaparan dan ‘ketelanjangan’.  Di samping itu, dengan ketahanan dan kedaulatan pangan, kaum muslimin juga menjadi tidak khawatir terhadap ancaman embargo mengingat Khilafah pada masa itu gencar melakukan futuhat yang hingga abad ke 8 saja kekuasaannya sudah mencakup Asia, Afrika, dan Eropa.

Dengan spirit yang tepat, khazanah ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat, termasuk di bidang pertanian.  Tercatat dalam sejarah, pada era Islam terjadi revolusi pertanian.

Ahmad Y al Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya Islamic Technology : An Illustrated History memaparkan, “Salah satu aspek penting dari revolusi ini adalah pengenalan dan penyebaran berbagai jenis tanaman baru di dunia Islam.” 

Selain aspek pengairan, pengolahan lahan juga sangat penting.  Lahan yang keras tidak terlalu bagus untuk tanaman.  Karena itu, perlu digemburkan untuk memudahkan pertumbuhan akar tanaman.  Al Maqrizi menyebutkan, dulu petani di Mesir sebelum menanam tebu, terlebih dahulu mengolah lahannya sebanyak enam sampai sepuluh kali. 

Lanjutkan membaca “TEKNOLOGI PENJAGA PRODUKTIVITAS PERTANIAN”

TRADISI LITERASI ERA ISLAM

Peradaban Islam sangat terkenal dengan tradisi keilmuannya.  Terbukti dengan banyaknya karya yang ditulis.  Tak hanya di bidang tsaqofah yang melahirkan karya-karya fenomenal di bidang aqidah, tafsir, hadits, ushul fiqih, fiqih, dan lain-lain.  Bidang keilmuan pun tak mau ketinggalan memunculkan karya-karya monumental dalam bidang astronomi, kedokteran, teknik, pertanian, dan lain-lain.  Menariknya, karya-karya tersebut terdokumentasikan dengan baik dalam bentuk tulisan atau kitab.  Tradisi menulis ini merupakan hal yang luarbiasa kala itu.  Kitab-kitab hasil tulisan ulama dan ilmuwan muslim, di samping hasil-hasil terjemahan, akhirnya memenuhi perpustakaan yang ada di negeri kaum muslimin. 

Perpustakaan, dan juga laboratorium, sebagai jantung pendidikan mendapat perhatian besar. Perpustakaan Umum di Cordova pada abad ke-10 M saja sudah mempunyai koleksi 400 ribu judul buku. Padahal menurut Catholique Encyclopedia, Perpustakaan Gereja Canterbury yang terbilang perpustakaan Masehi paling lengkap hanya memiliki 1800 judul buku.  Itu belum apa-apanya jika dibandingkan Perpustakaan Darul Hikmah Kairo yang memiliki koleksi 2 juta judul buku.  Perpustakaan Umum Tripoli di daerah Syam yang dibakar Pasukan Salib Eropa memiliki koleksi 3 juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar tafsir Al Qur’an.  Perpustakaan Al Hakim di Andalusia memiliki 40 ruang, dimana terdapat 18.000 judul buku di setiap ruangnya.  Perpustakaan semacam ini tersebar di seluruh penjuru negeri Islam.  Tak mengherankan jika ulama dan ilmuwan seperti Ibnu Sina dan Ibnu Maskawaih mengawali karir dari seorang penjaga perpustakaan.  Perpustakaan yang lengkap memang memberikan dorongan kepada para pelajar dan mahasiswa untuk giat berliterasi.

Dulu kaum muslimin sangat terdorong untuk menjadi umat yang maju.  Itu semua merupakan efek dari motivasi ruhiyah (al quwwah al ruhiyah) yang sangat tinggi. Bukankah orang yang berilmu derajatnya lebih tinggi daripada orang yang tidak berilmu ? 

Lanjutkan membaca “TRADISI LITERASI ERA ISLAM”

ERA EMAS REVOLUSI PERTANIAN

Beberapa waktu belakangan ini negeri kita untuk ke sekian kalinya mengalami krisis kedelai dan minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit.  Kedua komoditas pertanian ini memang memiliki karakter ketersediaan yang berbeda.  Bahan baku minyak goreng sangat berlimpah.  Bahkan, setelah dikurangi konsumsi dalam negeri dan ekspor pun tetap saja surplus.  Lain halnya dengan kedelai yang sangat tergantung dari impor.  Hampir 90% kebutuhan kedelai dipenuhi dari impor. 

Dulu, pada tahun 1984, Indonesia pernah sampai pada titik swasembada beras.   Atas capaian tersebut, Food and Agriculture Organization (FAO) mengundang Presiden Soeharto dalam Konferensi FAO ke 23 di Roma Italia pada 14 November 1985.  Direktur Jenderal FAO, Dr Eduard Saoma, mengundang Presiden Soeharto untuk menyampaikan pidato di konferensi tersebut sebagai perwakilan negara berkembang.  Sementara, Presiden Perancis, Francois Mitterand, berpidato sebagai perwakilan negara maju.  Sekalipun demikian, pada saat itu Indonesia masih tetap mengimpor beras sebanyak 414,3 ribu ton.  Hal ini karena berdasarkan ketetapan FAO suatu negara dikatakan swasembada pangan jika produksinya mencapai 90% dari kebutuhan nasional.

Al Dinawari menulis kitab al Nabat.  Kitab ini dianggap sebagai kitab yang tidak pernah ada yang semisalnya pada masa sebelumnya dan dijadikan rujukan, kajian, serta penelitian-penelitian para ilmuwan setelahnya. 

Lanjutkan membaca “ERA EMAS REVOLUSI PERTANIAN”

KARANTINA DI ERA PERADABAN ISLAM

Baru-baru ini (15/2/2022) Pemerintah menginformasikan tentang pemberlakuan rencana karantina selama tiga hari bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN).  Rencana yang akan diberlakukan mulai 1 Maret 2022 atau bahkan lebih cepat lagi itu memangkas waktu karantina sebelumnya yang selama lima hari.  Hanya saja, rencana tersebut baru bisa terealisasi jika kasus COVID-19 di Indonesia sudah terkendali dan hanya diberlakukan bagi yang sudah mendapatkan vaksin booster.  Selainnya tetap harus karantina selama lima hari.

Memang istilah karantina menjadi sangat populer dan memasyarakat di dua tahun terakhir ini, tatkala pandemi COVID-19 melanda dunia.  Mengingat karantina merupakan langkah yang harus dilakukan dalam penanganan pasien COVID-19. 

Di masa Khilafah, terinspirasi sabda Nabi Muhammad SAW agar memisahkan (unta) yang sakit dari yang sehat, dunia kedokteran Islam sudah terbiasa melakukan karantina

Lanjutkan membaca “KARANTINA DI ERA PERADABAN ISLAM”